Matalelaki.tk - Prostitusi Online dengan Jajakan Diri di Laman Facebook Semakin Marak (end) - Berbeda dengan lainnya, Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Provinsi Riau, Esther Yuliani mengemukakan, prostitusi online menggunakan media sosial Facebook ini sudah menjadi tren bagi sekelas Kota Pekanbaru.

Bukan karena tidak mampu atau tidak mendapatkan perhatian dari orangtuanya, tetapi lebih kepada gaya hidup selama ini mereka contoh dari media, televisi dan yang lainnya.
“Sebenarnya mereka itu bukannya tidak mampu atau orang tidak berada. Mereka mampu kok, banyak sekolahnya bagus-bagus, tapi ini kan sudah menjadi tren bagi rermaja-remaja kita. Kalau tidak seperti itu tidak gaul dan sebagainya,”katanya.
Esther memastikan, untuk kasus-kasus seperti ini yang melibatkan anak dalam prostitusi online akan terus terjadi. Pasalnya, Pekanbaru sekarang sudah berada pada indikator Kota Metropolitan. Ini sejalan dengan pernyataan Wali Kota Pekanbaru, Firdaus.
Sementara itu, Psikolog Klinis Anak, Violeta Hasan Noor, berharap orangtua untuk lebih tahu dan mampu memilih apa terbaik untuk di “konsumsi” oleh anak.
“Artinya orangtua sekarang harus lebih bisa selektif. Dalam arti kata, mampu melihat perkembangan anak terutama dalam pergaulan mereka. Jadi artinya tidak bisa diberikan kebebasan kepercayaan 100 persen kepada anak. Tetap harus ada pantauan dari orangtua. Semisalnya, orangtua harus tahu nih aktifitas anak-anak selama satu hari itu di mana saja, main di mana, sama siapa dan itu harus di pantau secara rutin,” jelasnya.
Meskipun itu mendapatkan pertentangan keras dari anak, kadang kala anak tidak mau terlalu di campuri urusan pribadi mereka. Cara mensiasatinya menurut Psikolog ini adalah dengan mengalihkan perhatian anak ke arah positif sehingga tertanam benih-benih kedekatan emosional antara anak dengan orang tua.
“Makanya sekarang sebagai orang tua harus tanggap seperti apa aktifitas kegemarannya, misalnya dia terlalu lama menghabiskan waktu di dunia internet, lebih bagus di berikan aktifitas yang lain. Dalam arti kata kegiatan yang memicu anak agar untuk lebih aktif. Seperti ekstra kulikuler, olahraga atau seni yang di mana anak ini suka. Apa menghabiskan banyak biaya? Tentu tidak kan,” tandasnya.
Jika sudah seperti ini anak akan lebih terbuka terhadap orang tuanya dan yang lebih penting mereka tidak terfokus lagi kepada tiga benda ini yakni internet, gaget dan media sosial.
“Sekarang itu yang terjadi karena ketidak seimbangan dan penyimpangan yang menjerumus. Anak terlalu sering menjurus ke internet, Sedangkan orang tua membiarkan, ya jadinya seperti itu,”tutupnya.
 
 


 
