MATALELAKI.TK - Prostitusi Mall (Fenomena Cewek ABG jual Diri di Mall) -Sepintas orang tidak akan menyangka kalau perempuan yang mengaku baru berumur 15 tahun itu menjual diri demi memenuhi kebutuhannya hidup yang mewah. Sebenarnya Siska malu. Apalagi jika bertemu dengan teman atau tetangga rumahnya. “Habis gimana Bang, jika nggak begini saya tidak punya duit jajan yang cukup. Uang yang dikasih orang tua tak cukup,” kata Siska yang mengaku tinggal di kawasan Cempaka Putih, Jakpus.

Anak kedua dari empat bersaudara itu mengaku bapaknya hanyalah buruh pabrik di kawasan Bekasi dengan gaji yang sangat pas-pasan. Hidup serba kekurangan, sementara teman sebayanya hidup serba berkecukupan. Iri ingin seperti teman – temanya membuatnya mengambil jalan pintas.
Berbekal tubuh yang seksi, dia terpaksa terjun ke dalam bisnis “esek- esek”. “Pertama-tama saya melakukannya sempat gemeter dan takut akan ketahuan orang, tapi kini sudah terbiasa, “ katanya seraya menambahkan sekali kencan, dia pasang tarif antara Rp 300.000 hingga Rp 550.000.
Kesepian di rumah
Lain lagi dengan Lia. Kebiasaan nongkrong di bioskop itu karena merasa kesepian di rumah setelah kedua orang tuanya sibuk dengan bisnisnya masing-masing. Hampir setiap pulang sekolah gadis itu menyempatkan diri datang ke bioskop yang berada di kawasan Atrium, Senen, Jakarta Pusat. Di tempat itu, ABG ini mengaku banyak teman bukan hanya sesama pelajar seusianya, tapi om-om yang suka mencari daun muda.
“Saya sering diajak nonton sama om-om dan 
brondong. Saya nggak pernah pasang tarif, berapa pun dia mengasih pasti saya terima,”ujar Lia sambil menambahkan setiap diajak nonton dirinya di kasih uang Rp 100 ribu hingga 200 ribu.
Lia mengaku setiap hari selalu membawa baju dan celana ganti. “ Kalau pakai seragam sekolah dilarang satpam masuk ke mal. Saya bawa ganti untuk mengelabuhi petugas keamanan,” tambah gadis yang mengaku tinggal di daerah kawasan elite Kelapa Gading, Jakut.
Lia nongkrong di mal bukan semata mencari uang, tapi yang utama kesenangan. Tak heran jika ada pria yang cocok dengannya, tanpa dikasih uang pun nggak apa-apa. Tapi kalau tidak sesuai dengan kehendak hatinya, dibayar berapa pun akan ditolaknya. “Kalau cocok, cepek ceng (Rp 100.000) bersih, kita sikat aja Mas,” kata Lia sambil tertawa lepas.
Jika sudah transaksi, kencan berlanjut di hotel-hotel transit tak jauh dari lokasi. Tapi kadang-kadang Lia tak segan menolak tunge, istilah mereka untuk hubungan intim, kalau pelanggannya itu tak royal membelikan makanan dan rokok.
Susan lain lagi. Kebiasaan nongkrong di mal setelah beberapa kali diajak teman sekolahnya mejeng di pusat pembelanjaan tersebut. Awalnya, dia takut dicap cewek yang nggak benar, tapi lama-lama mengaku terbiasa bahkan ketagihan.
“Berani berkenalan dan mau diajak jalan sama om-om setelah beberapa kali ditemani teman saya. Semula saya malu-malu, tapi karena duit yang saya dapat banyak akhirnya keterusan deh,”ungkap ABG yang mengaku tinggal di daerah Rawamangun, Jaktim tersebut.
ironis memang kelakuan para ABG saat ini, dampaknya dengan sedikit modal jajanin, para pria hidung belang ini dapat menikmati tubuh mereka.
 
 

 
