Wanita Panggilan via Online di Bandung Khusus Pria Paruh Baya - TH (23) dan RN (22) merasa lebih aman ‘menjual’ sepuluh wanita panggilan kepada pria hidung belang melalui layanan BlackBerry Messenger (BBM) ketimbang gembar gembor via Twitter atau media sosial lainnya. Kedua pria tersebut punya strategi menggaet om-om berdompet tebal guna mengencani mojang-mojang seksi berusia 18 hingga 24 tahun.
“Kalau pakai BBM kan hanya orang-orang di dalam kontak saya saja yang tahu. Beda lagi kalau promosinya lewat Twitter atau Facebook, semua orang kan bisa lihat,” ucap TH, selaku muncikari, saat wawancara dengan wartawan di Mapolrestabes Bandung.
Praktik prostitusi berbasis daring ini bergulir sejak satu tahun lalu. Berbekal telepon gengam pintar, mereka memanfaatkan akses internet berupa layanan BBM. Dua tersangka ini membagi peran.
TH bertugas menyiapkan wanita panggilan, sedangkan RN sebagai kurir atau pengantar para mojang yang siap melayani seks singkat khusus pria paruh baya ke tempat yang sudah disepakati.
“Untuk cari tamu, saya kirim pesan broadcast. Pesan itu menyebar ke kontak yang ada di telepon genggam milik saya,” ucap TH.
Cara Menikmati Tubuh Mulus Mojang Bandung –  TH mengirim pesan serentak itu dengan isi tulisan yang dapat ‘merangsang’ lelaki hidung belang. Dia secara terang-terangan menyediakan wanita panggilan dengan embel-embel berwajah cantik dan bertubuh seksi. “Saya jelasin kalau wanitanya siap BO (Booking Order). Misalnya ada berminat, nanti calon tamu invite PIN BB saya,” tuturnya.
Sekejap kotak pesan telepon milik TH dibanjiri para pria beragam usia yang sekadar bertanya-tanya hingga memutuskan mengencani wanita pekerja seks komersial (PSK). “Semua transaksi lewat BBM. Saya kirim foto-foto wanita dan tarifnya. Jika deal, kami antar ceweknya ke tamu. Selain itu, saya datang ke tempat-tempat hiburan malam di Kota Bandung sambil menawarkan PSK kepada pengunjung,” kata TH.
TH mengaku mengasuh sepuluh wanita panggilan berusia 18 hingga 24 tahun. Mereka bertarif Rp 1 juta hingga Rp 2 juta untuk satu kali berhubungan atau short time. Dia menyebut semua wanita-wanita muda itu sebagai kenalannya. “Ada yang masih kuliah, ada juga yang bekerja sebagai pemandu lagu. Saya kenalnya dari teman, sebagian lagi sengaja gabung dan bersedia BO,” ujar TH.
Cerita lainnya diungkapkan RN, selaku pengantar para wanita PSK. Dia mengatakan peminat binis esek-esek mayoritas dari luar Kota Bandung, seperti Jakarta dan Surabaya. “Setiap hari selalu ada saja tamu yang minta ditemani wanita. Ya satu hingga dua wanita kalau weekday. Beda lagi bertepatan weekend, bisa dua hingga empat wanita yang saya antar ke tamu di hotel,” tutur RN.
Menurut RN, bisnis esek-esek yang dilakoninya hanya beroperasi di Kota Bandung. Tamu yang meminta wanita panggilan diboyong ke luar Bandung, pasti ditolak mentah-mentah oleh RN. Jam operasi praktik prostitusi online ini jarang berlangsung siang atau sore hari.
“Kami mulainya jam sebelas malam hingga jam tiga pagi. Saya jemput cewek-cewek itu dari tempat indekos atau rumah di daerah Sukajadi dan Cihampelas,” ucap bapak satu anak ini yang berdomisili di kawasan Cicaheum.
TH dan RN mendapat keuntungan sebesar Rp 200 ribu hingga Rp 300 
Wanita Panggilan via Online di Bandung Khusus Pria Paruh Baya Bertarif Rp 1-2 Juta
Bandung – Dua pria, TH (23) dan RN (22), sudah satu tahun menggerakkan roda bisnis prostitusi berbasis online memanfaatkan layanan aplikasi BlackBerry Messenger (BBM). Para wanita panggilan khusus pria paruh baya ini melayani kencan singkat dengan tarif jutaan rupiah.
“Tarif sesuai usia dan servisnya. Usia muda dan cantik makin mahal tarif kencannya. Ya kisaran tarifnya mulai satu juta rupiah hingga dua juta rupiah untuk sekali ‘main’,” kata TH alias Kiki (23), selaku muncikari, saat berbicara kepada wartawan di Mapolrestabes Bandung.
TH mengaku mengoleksi 10 wanita panggilan berusia kisaran 18 hingga 24 tahun. Jasa seks short time atau sekali berhubungan badan itu yang dimotori TH ini hanya beroperasi di Kota Bandung.
“Tamu-tamu yang pesan itu kebanyakan dari luar Bandung, seperti Jakarta dan Surabaya. Kami khusus menemani para om-om,” ujar TH.
Membidik pangsa pasar pria paruh baya, TH beralasan, lebih terjamin dibandingkan lelaki usia muda. Dia menyebut kalangan om-om sudah pasti berdompet tebal.
TH dibantu sahabatnya, RN, yang bertugas mengantar wanita panggilan pesanan pria hidung belang. “Kami antar cewek ke tempat-tempat yang ditentukan tamu. Misalnya di hotel dan apartemen,” ujar pria bekerja di salah satu tempat karaoke di Jalan Malabar.
Modus para tersangka ini ialah menyiapkan wanita panggilan kepada pria hidung belang melalui layanan BBM dengan tarif bervariasi. “Jadi transaksinya via BBM. Kalau cewek sudah dipilih tamu dan sepakat tarifnya, kami antar ceweknya,” ucap TH.
Tentu saja TH dan RN meraup untung dari binis gelap ini. Mereka mengaku mengantongi duit Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu setiap satu kali transaksi. “Motifnya ekonomi. Saya cari keuntungan dari praktik prostitusi online ini,” kata TH.
 
 

 
