Rahasia Terlarang Komunitas Swinger – Sekali sepekan komunitas swinger melakukan pertemuan. Aktivitasnya mulai dari sekadar makan hingga mencari hiburan di sebuah klub malam daerah Jakarta Barat. Anggotanya dari berbagai kalangan, mulai pekerja kantor, pebisnis, hingga ibu rumah tangga.

Mereka berkumpul bukan hanya mengobrol. Namun bakal berakhir dengan bermain di atas ranjang. Di sana mereka akan bertukar pasangan. “Ada pertemuan rutin tapi tidak tentu,” kata R, anggota komunitas swinger di Jakarta, kepada merdeka.com melalui pesan BlackBerry pekan lalu.
R bekerja di sebuah pusat perbelanjaan ternama di Jakarta Barat dan istrinya berkantor di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat. Karena penasaran, R menanyakan pekerjaan merdeka.com. Untuk meyakinkan, dot.com menyebut nama perusahaan raksasa.
Kemudian dia menanyakan detail pekerjaan perempuan dalam foto merdeka.com berikan. “Istri kerja di mana?”
Awalnya R tidak mau terbuka. Namun ketika berbicara soal bagaimana masuk ke dalam komunitas swinger, akhirnya dia mau menanggapi. “Kamu istrinya siapa?”
R mengaku bergabung dengan komunitas swinger untuk berfantasi seksual. Istri R mulanya menolak,namun setelah sekali mengikuti dia mengaku menikmati. Selama bergabung dengan komunitas ini R bilang baru empat kali bertukar pasangan. Itu dilakukan lantaran untuk bertukar pasangan perlu kesepakatan.
Kedua pasangan berbeda ikatan itu mesti sama-sama setuju dan tidak ada imbalan usai sama-sama berhubungan di atas ranjang. “Tidak ada bayaran,” ujar R.
Anggota komunitas ini juga bukan sembarangan. Tidak ada yang memiliki pekerjaan sebagai pelacur atau gigolo. Kebanyakan dari mereka pekerja kantoran atau pengusaha. Alasan anggota komunitas swinger menolak menerima pelacur dan gigolo lantaran dua profesi itu rentan penyakit menular.
Mereka ogah dan selektif dalam menerima anggota. “Anggota kami bukan pelacur dan gigolo,” tutur R.
Menjadi anggota komunitas ini juga belum tentu langsung bisa bertukar pasangan di atas ranjang. Perlu saling percaya dan tidak bisa sembarangan. Paling tidak setiap anggota bisa meyakinkan aman untuk bercinta dengan istri mereka. “Intinya sama-sama mau dan percaya,” kata R.
R, 43 tahun, tidak malu-malu saat ditanya soal komunitas saling tukar istri atau swinger. Dia lantas meminta foto perempuan untuk dilihat. Sebagai syarat, R mengirim foto dia bersama istrinya saat sedang berada di sebuah kafe.
Istrinya berbadan sedikit gemuk, berpipi tembam namun berwajah ayu. R mengirim foto melalui pesan BlackBerry saat dia sedang mencium pipi istrinya. “”Ini foto saya, mana foto kamu berdua,” katanya menagih kepada dot.com Selasa pekan lalu.
R merupakan anggota komunitas swinger di Jakarta. Sebuah komunitas tukar pasangan untuk bersenggama. Kami mendapatkan kontak BlackkBerry R setelah melakukan penelusuran di sebuah forum di sebuah laman internet. Dia langsung mengiyakan undangan pertemanan dan lantas mengirim pesan menanyakan identitas.
Dengan mengaku ingin bergabung dalam komunitas swinger, R langsung bertanya, “Memang istri tidak keberatan?” Setelah melihat foto dikirim, R memastikan merdeka.com bisa ikut dalam komunitas itu. “Kalian masih muda-muda ya,” ujarnya.
Komunitas swinger mirip kumpulan pesta seks. Kelompok ini amat tertutup tapi benar-benar ada. R mengaku bergabung dengan komunitas swinger karena dia bersama istrinya ingin berfantasi dalam kegiatan seksual.
Mulanya dia urungkan, namun setelah berkomunikasi sang istri juga menyetujui. Lantas R mencari pasangan untuk saling bertukar istri. “Kami mencari kepuasan,” ucapnya.
Ihwal R melakukan swinger dengan bertukar kontak BlackBerry lewat jejaring sosial. Setelah janjian, dia kopi darat. Jika sama-sama cocok pertemuan berakhir dengan bersenggama bertukar pasangan. R bermain dengan istri lain. Sedangkan istrinya bermain dengan suami dari wanita ditiduri R.
“Saling bertukar,” katanya. “Kita sama-sama berada dalam kamar itu.” Tanpa malu dua pasangan manusia beda ikatan hubungan itu berpacu untuk mencari kenikmatan.
Umurnya baru 29 tahun. Namun J, nama inisial, sudah melanglang buana di komunitas swinger. Sebuah perkumpulan semacam pesta seks berada di Jakarta. Isinya para eksekutif muda hingga pekerja kantoran. Saban dua pekan sekali komunitas ini kerap kopi darat.
Terakhir mereka berkumpul di Mangga Dua, Jakarta Barat. Mulai dari kumpul-kumpul biasa hingga mencari hiburan bareng. Biasanya mereka melakukan di akhir pekan lantaran kesibukan mereka masing-masing. “Isinya karyawan tapi sedikit elite. Ya kayak eksekutif mudalah,” kata J, anggota komunitas swinger, kepada merdeka.com pekan lalu. Dia mengaku di komunitasnya sering melakukan pesta seks.
J bekerja di sebuah bank swasta di Jakarta. Dia merupakan alumnus dari sebuah universitas ternama di Singapura. Dia sudah lama masuk komunitas swinger. Kebanyakan anggota sudah menikah tapi ada juga yang masih lajang.
J belum kawin. Dia mengikuti komunitas ini karena mencari pengalaman dalam kegiatan seks. Dia bilang memang sulit menjadi anggota komunitas swinger. Paling tidak secara fisik harus mendukung karena berhubungan seksual didasari suka sama suka.
Untuk masuk dalam sebuah grup pesan BlackBerry komunitas swinger juga tidak mudah. Calon anggota harus kopi darat dulu. Komunitas ini memang tertutup. Jika sudah masuk ke dalam komunitas ini, ajakan untuk saling bertukar pasangan pasti terjadi.
Mereka tidak malu-malu meski berada dalam satu ruangan tanpa busana. Bahkan saling bercumbu sudah biasa dilakukan dalam pesta seks. Kadang di sebuah hotel berbintang di Jakarta hingga berlibur keluar kota. Intinya mencari fantasi baru dalam bercinta. “Fantasi itu membangunkan kita dalam hubungan seks,” tutur J.
R juga mengamini pernyataan J. Dia juga ikut komunitas swinger lantaran perlu pengalaman baru bercinta. R mengaku makin terangsang jika istrinya digoyang pria lain.
Namun sejauh ini J belum bercinta dengan dua perempuan sekaligus. “Ada juga yang threesome tapi saya belum pernah,” kata R.
Komunitas swinger diikuti R berbeda dengan J. Isi komunitas swinger diikuti R kebanyakan berusia 35 tahun hingga setengah abad. Semua anggota sudah beristri atau bersuami. Namun R mengaku ada juga pasangan muda. “Yang muda justru yang membara,” kata R. sambil memberikan simbol orang tertawa dalam pesan BlackBerry.
Tengoklah sebuah ajakan melakukan bertukar pasangan di sebuah forum dalam laman Internet. Mereka secara terang-terangan mengajak pengguna akun lain. Di sana mereka mempromosikan data diri mereka.
Ini contohnya: “Kami pasutri tangerang, ingin mencari kccokan untuk swinger, umur kami m29thn, f22thn. Maaf, kami pasutri pemilih untuk sensasi swinger,” tulis sebuah akun berinisial L.
Mereka memang tidak malu mengajak bertukar istri dengan pasangan belum dikenal. Banyak pasangan swinger terdapat di kota-kota besar di Indonesia.
Menurut R, anggota komunitas swinger di Jakarta, dia juga mencoba mencari pasangan di luar anggotanya. Meski belum pernah mencoba hingga keluar kota, dia kerap mencari informasi melalui jejaring sosial.
Dia juga menyebar nomor pesan BlackBerrynya untuk diundang menjadi teman. “Lebih mencari pengalaman baru,” kata R kepada merdeka.com Kamis pekan lalu.
R mengaku tidak semua tawaran swinger di luar komunitasnya dia terima. Dia memastikan lebih dulu calon pasangan swinger sebelum bertemu. Paling pertama, R mengaku melihat wajah istri calon swingernya. Itu dilakukan untuk membangkitkan gairah seksualnya. Dia kemudian menanya secara rinci pekerjaan sang perempuan guna mencegah calon pasangan swingernya merupakan pelacur atau gigolo.
R bersama anggota di komunitas swinger memang selektif memilih pasangan. Dia tidak mau tertular penyakit akibat berhubungan seks. Setiap anggota paling tidak memberikan riwayat kesehatannya sesuai rekomendasi dokter.
“Kita di sini ada surat hasil cek dari dokter,” ujarnya. Surat dokter itu menyatakan calon anggota swinger benar-benar bersih dari penyakit menular akibat berhubungan badan.
 
 

 
